Read Time:2 Minute, 53 Second

Pemaparan Dr. Henry Bating dari Universiti Malaysia Sabah dalam Joint Online Class

Rangkaian acara Joint Online Class antara Magister Kajian Sastra dan Budaya (MKSB), Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Airlangga (UNAIR) dengan Universiti Malaysia Sabah (UMS) telah sampai pada pertemuan terakhir. Walaupun melalui Zoom Meeting, tetapi acara ini berlangsung sampai hari ketiga dan berakhir pada Jumat (27/09/2024) dengan topik pembahasan yang menarik. 

Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara kedua belah pihak yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengikuti kelas gabungan internasional. Diharapkan kegiatan ini dapat memberi manfaat bagi para mahasiswa, baik dari FIB UNAIR maupun UMS Malaysia.

Lokalitas budaya sendiri merujuk pada suatu tempat atau wilayah tertentu yang memiliki ciri khas dalam aspek budaya, masyarakat, serta lingkungan. Oleh karena itu, acara kuliah tamu kolaborasi dalam bentuk Joint Online Class ini bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa FIB pada lokalitas kebudayaan lintas negara, khususnya lokalitas Kadazandusun, Sabah, Malaysia.

Locality and strategies for the preservation and development of local culture: the case of Kadazandusun Language

Kegiatan ini menghadirkan dua pembicara dari Universiti Malaysia Sabah (UMS). Materi pertama dalam acara tersebut, dipaparkan langsung oleh Dr. Henry Bating, dengan judul Locality and strategies for the preservation and development of local culture: the case of Kadazandusun Language. Kadazandusun adalah bahasa yang paling banyak digunakan di Sabah dan juga merupakan etnis terbesar. Nama “Dusun” berasal dari bahasa Brunei yang berarti tempat menanam buah.

“Dusun dan Dayak Kalimantan memiliki hubungan kekerabatan yang mirip, tetapi dalam segi bahasa berbeda,” ungkapnya. 

Melalui penelitiannya, ditemukan 10 elemen persamaan antara elemen Etnik Dusun Sabah dan Etnik Dayak Kalimantan, yaitu elemen keturunan bersama, bahasa dan sastra, sejarah dan masalah bersama, ritual, perayaan, simbol hewan, artefak tradisional, kesenian, dan institusi adat. Namun, dari kesepuluh elemen tersebut memiliki identitas masing-masing. 

“Yang paling menonjol dari lokalitas budaya Kadazandusun terlihat dari kalender Kadazandusun,” tuturnya. 

Dalam tradisional kalender tersebut terdapat penamaan di setiap hari-hari dalam seminggu dan bulan-bulan dalam setahun. Misalnya, hari dalam seminggu direpresentasikan sebagai “Kitaran Hidup Rama-rama (kupu-kupu)” dengan urutan mulai dari telur, menetas, ulat (larva), kepompong, keluar kepompong, anak rama-rama sampai rama-rama. Hal ini mencerminkan siklus kehidupan dari Senin sampai Minggu dalam seminggu.

Dr. Henry memaparkan beberapa cara untuk melestarikan budaya ini melalui festival panen yang diadakan setiap tahun untuk mengucap syukur atas panen padi yang melimpah dikenal dengan sebutan “Kaamatan atau Gawai”, menampilkan ritual, pesta, dan Unduk Ngadau. Sementara itu, untuk melestarikan bahasa mereka, NGO (Non-Governmental Organization) meminta pemerintah untuk memasukkan bahasa tersebut ke dalam kurikulum. 

Local Culture Research Methodology

Dilanjutkan dengan materi kedua yang disampaikan oleh Dr. Daron Loo, merupakan dosen tamu dari Universiti Malaysia Sabah (UMS). Dr. Daron menjelaskan tentang Local Culture Research Methodology. Materi ini merupakan penunjang dalam proses penelitian.

Ketika mempelajari kajian budaya dalam penelitian, penting untuk menekankan riset pada pemahaman kompleksitas masyarakat berdasarkan nilai-nilai, dan praktik-praktik sosial. Hal ini karena studi budaya tidak hanya terbatas untuk mencari konsensus tetapi juga pemahaman yang lebih dalam mengenai topik penelitian.

Dr. Daron memaparkan bahwa dalam penelitian etnografi, mempelajari budaya seperti Kadazandusun dapat melibatkan observasi mendalam, wawancara, dan metode partisipatif. Metode ini seringkali membutuhkan pemahaman mendalam tentang bahasa, praktik, dan struktur sosial masyarakat untuk sepenuhnya memahami cara hidup mereka.

“Untuk melakukan penelitian dalam studi budaya, kita harus memastikan bahwa isinya relevan dan tidak pernah membandingkannya dengan hal lain yang tidak terkait. Beberapa metode yang dapat digunakan diantaranya adalah kuesioner, bukti sejarah, fotografi, teater, dan pengetahuan informan,” ujarnya. 

Penulis: ⁠Rifdah Fadhillah | Editor: Lady Khairunnisa Adiyani

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Globalization and Localization by Aireen Grace Andal Ph.D in a Unair-UMS Joint Class